BLANTERORBITv102

    Benteng Kalamata, Peninggalan Portugis di Ternate

    Kamis, 27 Juli 2023

     

    benteng kalamata
    Keindahan Benteng Kalamata, Ternate (instagram@avigassagaf)

    SUDUTWISATA.COM- Selain menawarkan pesona wisata alam yang memukau, Provinsi Maluku juga menyimpan daya tarik wisata sejarah yang patut Anda kunjungi. 

    Salah satu destinasi sejarah yang menarik terletak di pinggiran pesisir Ternate, yaitu Benteng Kalamata. Bangunan bersejarah ini menawarkan keindahan yang tak tertandingi dan tak dapat disangkal.

    Benteng Kalamata merupakan benteng yang menghadirkan kekayaan ilmu sejarah dengan pemandangan yang menakjubkan dari Pulau Tidore dan Pulau Maitara berhasil memikat perhatian para pengunjung.

    BACA JUGA: Prosedur Standar Kapal Wisata di Labuan Bajo Segera Disusun

    BACA JUGA: Keindahan Danau Kaco, Serpihan Surga di Belantara Kerinci

    Benteng yang terletak di Selat Maitara, di pesisir pulau Ternate, adalah destinasi wisata yang menakjubkan karena memiliki nilai sejarah yang sangat penting, termasuk peranannya dalam masa perjuangan menuju kemerdekaan. 

    Sampai saat ini, bangunan bersejarah ini telah diperkirakan berusia sekitar 483 tahun. Dengan bentuknya yang megah, kokoh, dan unik, bangunan ini telah menjadi sebuah ikon wisata yang tak boleh dilewatkan. Bahkan, Anda hanya perlu mengunjungi Kota Ternate, di Provinsi Maluku Utara, untuk menemukan objek wisata sejarah yang menakjubkan ini.

    Benteng Kalamata bukan sekadar destinasi eksotis di Ternate yang berada di sisi Selat Maitara, tetapi juga berfungsi sebagai saksi perjuangan yang telah berlangsung dari masa ke masa, untuk mencapai kemerdekaan.

    Bagi mereka yang pernah membaca tentang Benteng Marlborough, akan terlihat bahwa Benteng Kalamata memiliki kemiripan arsitektur, hampir seperti kura-kura. Pada masa lalu, bentuk benteng yang menyerupai kura-kura diyakini sebagai bentuk yang paling kuat dan sulit ditembus oleh musuh.

    Benteng Kalamata juga dikenal dengan nama Benteng Santa Lucia dan Benteng Kayu Merah, karena berlokasi di Desa Kayu Merah, Kecamatan Ternate Selatan, Ternate, Provinsi Maluku Utara.

    Lokasinya yang dekat dengan pusat kota Ternate membuat Benteng ini mudah diakses dengan kendaraan bermotor, cukup dalam waktu sekitar 15 menit saja.

    Wisatawan dapat mengunjungi Benteng Kalamata setiap hari. Jam operasionalnya dimulai dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 18.00 sore. Untuk bisa masuk ke Benteng Kalamata, wisatawan perlu membayar tiket masuk seharga Rp. 5.000 per orang.

    BACA JUGA: Keindahan Pulau Tegal Mas, Wisata ala Maldives di Lampung
    BACA JUGA: Keindahan Pantai Oyama, Lukisan Alam Nan Indah di Banggai Laut

    Sebagai tujuan wisata sejarah yang telah direhabilitasi dan dijaga dengan baik oleh Pemerintah Daerah, Benteng Kalamata dilengkapi dengan fasilitas dasar yang mendukung kebutuhan para wisatawan. Setidaknya, fasilitas yang tersedia di benteng ini mencakup area parkir, toilet, dan tempat berteduh yang memadai.

    Selain itu, taman-taman di sekitar benteng juga dirawat dengan baik untuk menambah keindahan lingkungan sekitar benteng dan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi para pengunjung.

    Sejarah Benteng Kalamata

    Ternyata selain disebut Benteng Kalamata, benteng ini memiliki sejumlah nama lain yaitu Benteng Kayu Merah.

    Benteng Kayu Merah adalah nama lain dari Benteng Kalamata, dan penamaan tersebut merujuk pada lokasi benteng yang terletak di Kelurahan Kayu Merah, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.

    Selain itu, informasi mengenai keterkaitan nama Santa Lucia dengan keberadaan bangsa Portugis pada waktu itu dan Antonio Vigaveta sebagai orang yang pertama kali menggagas pembangunan Benteng Kalamata sebagai orang berkebangsaan Portugis adalah informasi yang menarik dan berarti dalam konteks sejarah benteng tersebut.

    Benteng Kalamata berasal dari seorang Pangeran Ternate bernama Kaicil Kalamata. Penamaan ini terjadi pada masa kekuasaan bangsa Belanda.

    Benteng Santa Lucia, juga dikenal sebagai Benteng Kayu Merah, kemudian mengalami perubahan nama menjadi Benteng Kalamata. Nama "Benteng Kalamata" diambil oleh Belanda dari seorang pangeran Ternate bernama Kaicil Kalamata, yang merupakan kakak dari Sultan Mandarsjah dan paman dari Sultan Kaicil Sibori Amsterdam. 

    Pada fase pertama sejarah Benteng Kalamata, gagasan pembangunan benteng ini diprakarsai oleh Antonio Vigaveta, meskipun ada versi lain yang menyebutkan peran Fransisco Serao. Benteng Kalamata mulai dibangun pada tahun 1540 dengan tujuan untuk memperkuat kekuasaan Portugis di Ternate.

    BACA JUGA: Kapal Pinisi Kenzo, Daya Tarik Baru di Danau Toba

    BACA JUGA: Pesona Air Terjun Sipiso Piso, Destinasi Andalan Sumatera Utara

    Namun, proses perluasan kekuasaan ini tidak berjalan semudah yang diharapkan. Ternate mengalami gesekan dengan Sultan Baabullah yang berujung pada konflik dan peperangan yang tidak dapat dihindari.

    Peperangan tersebut berdampak pada kekalahan pihak Portugis. Pada akhirnya, pada tahun 1575, bangsa Portugis terpaksa meninggalkan wilayah Ternate setelah mengalami serangkaian kegagalan dalam konflik tersebut. Kepergian mereka menandai akhir dominasi Portugis di wilayah Ternate.

    Sejarah Benteng Kalamata pada fase kedua adalah tentang penguasaan benteng oleh bangsa Spanyol setelah ditinggalkan oleh bangsa Portugis. Bangsa Spanyol menguasai benteng ini dari tahun 1575 hingga tahun 1663. Selama periode ini, terjadi perebutan kekuasaan yang sering dengan pihak Belanda.

    Pada tahun 1798, Benteng Kalamata berhasil dikuasai oleh Sultan Tidore ke-19, mengakhiri penguasaan Spanyol atas benteng tersebut.

    Namun, pada tahun 1801, Benteng Kalamata jatuh ke tangan bangsa Inggris dan menjadi bagian dari wilayah yang mereka kuasai.

    Penguasaan Benteng Kalamata oleh bangsa Inggris tidak berlangsung lama, karena Belanda berhasil merebutnya pada tahun 1810. Benteng Kalamata tetap berada di bawah kekuasaan Belanda selama beberapa dekade.

    Pada tahun 1843, Benteng Kalamata resmi dikosongkan oleh pihak Belanda, yang menandai akhir keberadaannya sebagai pusat penguasaan militer.

    Selama bertahun-tahun berikutnya, Benteng Kalamata terbengkalai dan menjadi bagian dari sejarah yang terlupakan. Namun, pada tahun 1989, benteng ini menjadi titik awal untuk penataan kembali kawasan tersebut di bawah pemerintahan Republik Indonesia. Usaha restorasi dan pemulihan kawasan tersebut dilakukan setelah sekian lama terabaikan.

    BACA JUGA: Pesona Air Terjun Piala, Wisata Alam nan Eksotis di Luwuk

    BACA JUGA : 10 Rekomendasi Penginapan yang ada di Krui, Pesisir Barat Lampung

    Penguasaan Benteng Kalamata tidak berlangsung lama, karena Belanda berhasil merebutnya pada tahun 1810, dan Benteng Kalamata resmi dikosongkan oleh Belanda pada tahun 1843.

    Pada tahun 1989, Benteng Kalamata menjadi titik awal bagi pemerintah Republik Indonesia dalam upaya penataan kembali kawasan tersebut setelah mengalami masa terbengkalai yang cukup lama. Usaha ini bertujuan untuk merestorasi dan menghidupkan kembali pentingnya Benteng Kalamata dalam konteks sejarah dan budaya wilayah tersebut.

    Dengan adanya usaha penataan kembali ini, pemerintah berharap dapat menjaga dan melestarikan nilai-nilai historis serta memanfaatkan potensi wisata dan budaya di sekitar Benteng Kalamata. 

    Selain itu, upaya restorasi ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat dengan mengembangkan potensi pariwisata dan memperkenalkan warisan budaya kawasan tersebut kepada wisatawan dari berbagai belahan dunia.

    Daya Tarik Benteng Kalamata

    Daya tarik pertama dari Benteng Kalamata adalah bentuknya yang memiliki empat sudut, menyerupai kura-kura. Bentuk ini didesain dengan pertimbangan keamanan dan kekuatan benteng. Dengan bentuk yang mirip kura-kura, benteng ini memiliki kestabilan dan daya tahan yang lebih baik, menjadikannya benteng yang tangguh dalam menghadapi potensi ancaman dari luar.

    Selain itu, bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan Benteng Kalamata juga memiliki keunikan tersendiri. Benteng ini dibangun menggunakan batu karang atau andesit, yang memberikan kesan visual yang menarik dan khas. 

    Proses merekatkan batu-batu ini dilakukan dengan menggunakan bahan yang dihasilkan dari pembakaran karang, menciptakan metode pembangunan yang unik dan terbukti cukup efektif dalam menjaga kekokohan struktur benteng selama bertahun-tahun. Keunikan bahan bangunan ini juga menambah nilai sejarah dan keindahan visual dari Benteng Kalamata sebagai warisan budaya yang berharga.

    BACA JUGA: Bukit Teletubbies, Tempat Wisata Populer di Jayapura

    BACA JUGA: Keindahan Pantai Mandel, Serpihan Surga di Banggai Kepulauan

    Daya tarik selanjutnya dari Benteng Kalamata adalah panorama alam yang mempesona di sekitarnya, yang menjadi daya tarik khusus bagi para penggemar fotografi.

    Dari Benteng Kalamata, Anda dapat menikmati pemandangan panorama alam pantai yang luar biasa. Pemandangan laut yang luas dan indah membentang di depan benteng, memberikan latar belakang yang spektakuler untuk mengabadikan momen dengan kamera. Kehadiran ombak yang bergerak dan cahaya matahari yang mencerminkan air laut menambah daya tarik visual dan menciptakan potensi foto yang menarik.

    Tidak hanya pantai, tetapi hamparan rumput hijau yang terbentang di sekitar Benteng Kalamata juga menambah keindahan panorama taman yang indah. Kombinasi antara pemandangan pantai dan hamparan rumput hijau menciptakan kontras yang menarik, sehingga menciptakan komposisi foto yang menawan.

    Para fotografer, baik amatir maupun profesional, pasti akan menemukan banyak kesempatan untuk mengambil gambar yang memukau di sekitar Benteng Kalamata. Pemandangan alam yang menakjubkan ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang tertarik untuk mengunjungi benteng ini dan mengeksplorasi keindahan alam sekitarnya.

    Itulah penjelasan singkat dari kami tentang Benteng Kalamata, semoga informasi ini bermanfaat dan membantu wisatawan yang akan berkunjung ke benteng ini.(*)