BLANTERORBITv102

    Lawang Sewu, Wisata Sejarah dan Landmark Kota Semarang

    Minggu, 07 Januari 2024
    Lawang Sewu
    Lawang Sewu Semarang (instagram@wimardy)

    SUDUTWISATA.COM- Lawang Sewu, yang menjadi salah satu landmark Kota Semarang, dibangun pada tahun 1904. Bangunan bersejarah ini memiliki arsitektur khas Belanda dan telah berdiri selama lebih dari 100 tahun.

    Selain sebagai bangunan bersejarah, Lawang Sewu juga dahulu pernah berfungsi sebagai kantor pusat Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda.

    BACA JUGA: Pesona Curug Sewu, Air Terjun Terindah di Jawa Tengah

    BACA JUGA: Kawah Sikidang, Kawah Aktif Terbesar di Dataran Tinggi Dieng

    Setelah Indonesia merdeka, Lawang Sewu kemudian dimanfaatkan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (RI), dan saat ini dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI).

    Sejak tahun 2005, bangunan ini telah dimanfaatkan sebagai objek pariwisata yang menarik minat yang tinggi dari wisatawan. Pada tahun 2018, jumlah pengunjungnya mencapai ratusan ribu orang.

    Lokasi Lawang Sewu

    Bangunan bersejarah yang tua ini terletak di Jalan Pemuda No.160, Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah.

    Tiket Masuk Lawang Sewu

    Para pengunjung yang ingin menjelajahi bangunan dengan gaya arsitektur Belanda ini akan dikenai biaya tiket masuk. Harga tiket masuk ke area ini terjangkau, berkisar mulai dari Rp10.000 hingga Rp30.000, dengan rincian sebagai berikut:

    Tiket Masuk Anak-anak: Rp10.000

    Tiket Masuk Dewasa: Rp20.000

    Tiket Masuk Wisatawan Mancanegara: Rp30.000

    Jam Buka Lawang Sewu

    Para wisatawan dapat mengunjungi Lawang Sewu setiap hari. Obyek wisata ini buka dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam.

    BACA JUGA: Svargabumi Borobudur, Obyek Wisata Instagramable di Magelang

    BACA JUGA: Pintu Langit Sky View, Spot Terbaik Melihat Keindahan Dieng

    Daya Tarik Wisata Lawang Sewu

    1. Letaknya Strategis

    Lawang Sewu berada di Simpang Lima, sebuah lokasi yang sangat strategis di Semarang, Jawa Tengah. Keberadaannya di Simpang Lima memudahkan akses bagi para wisatawan.

    Bangunan Lawang Sewu ini berdiri berdekatan dengan beberapa landmark lainnya, seperti Gereja Katedral Belanda, Museum Mandala Bhakti, dan Wisma Perdamaian. Lokasinya juga berada di Wilhelminaplein (Taman Wilhelmina), yang merupakan tempat berdirinya Tugu Muda.

    Bangunan ini dibangun selama periode Hindia Belanda dari tahun 1904 hingga 1907 sebagai Het hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (Kantor Pusat Administrasi Kereta Api – NIS). Arsitek utamanya adalah Prof. Jacob F. Klinkhamer dari TH Delft, bersama dengan B.J. Quendag.

    2. Pintu Seribu

    Lawang Sewu terdiri dari tiga bangunan utama dengan bentuk keseluruhannya menyerupai huruf U. Namun, bangunan utama ketiga memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga cenderung berbentuk huruf L.

    Lawang Sewu
    Lawang Sewu Semarang (instagram/@riskanova_)

    Dengan ciri khas arsitektur Belanda yang kentara, bangunan ini memiliki daya tarik yang sangat kuat. Hampir setiap orang yang mengunjungi Jawa Tengah biasanya akan menyempatkan diri untuk singgah di sini dan mengabadikan momen dengan berfoto di depan deretan pintu yang terlihat tak berujung ini.

    Masyarakat mengenal kompleks bangunan ini sebagai “Lawang Sewu”, yang secara harfiah berarti pintu seribu, mengingat jumlah pintu dan jendelanya yang sangat banyak.

    Meskipun sebenarnya jumlahnya tidak sampai seribu, namun terdapat 928 pintu dan jendela. Keanekaragaman jumlah pintu dan jendela ini sebagian besar didesain untuk mengakomodasi iklim tropis Indonesia, memungkinkan sirkulasi udara yang lebih lancar di dalam bangunan.

    BACA JUGA: Truntum Gasblock Borobudur, Tempat Nongkrong Kekinian di Magelang

    BACA JUGA: Cabilion Dieng Cool, Penginapan Estetik di Dieng

    3. Arsitektur Unik

    Dari segi arsitektur, keunikan Lawang Sewu terletak pada pembangunannya yang tidak melibatkan penggunaan semen. Bangunan ini dibangun dengan menggunakan bligor atau pese, sebuah istilah lokal yang merujuk pada campuran pasir, kapur, dan bata merah.

    Penggunaan bligor menjadi faktor utama yang menyebabkan tidak adanya retakan yang terlihat di Lawang Sewu. Bligor juga membantu menjaga suhu di dalam ruangan agar tetap sejuk.

    Konstruksi bangunan ini tidak melibatkan penggunaan besi untuk menghindari beban berat. Atapnya dirancang dengan bentuk melengkung setengah lingkaran setiap setengah meter guna mengurangi tekanan. Struktur atapnya terbuat dari bata yang disusun secara miring, menyerupai struktur jembatan.

    Hanya bangunan B yang dibangun pada tahun 1916 yang menggunakan besi dan bahan lokal karena adanya Perang Dunia I di Eropa. Karena keterlambatan pengiriman barang dari Belanda, prioritas diberikan pada penggunaan bahan-bahan lokal. Bata, genteng, kaca, dan ubin digunakan dan diproduksi di Semarang dan sekitarnya.

    4. Miniatur Kereta Api

    Dua bangunan utama Lawang Sewu memuat diorama dan berbagai artefak bersejarah terkait dengan sejarah kereta api di Indonesia. Di sini, para pengunjung dapat menjelajahi museum, galeri, serta melihat berbagai peta dan foto-foto era lampau.

    Diorama yang disajikan di tempat ini memberikan gambaran tentang Semarang sebagai pusat kereta api terbesar di Indonesia dan rute awal kereta api pertama, yakni Semarang – Temanggung.

    BACA JUGA: Waykambang Edupark Batang, Taman Rekreasi di Jawa Tengah

    BACA JUGA: Havana Hills Cilacap, Wisata Kekinian di Jawa Tengah

    Awalnya, pembangunan kantor Kereta Api ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan transportasi bahan mentah perdagangan Hindia Belanda. Kebutuhan tersebut berasal dari sistem perkebunan paksa (cultuur stelsel) yang membutuhkan transportasi dari daerah penghasil gula, kopi, dan tembakau.

    Ruang pameran ini terletak di lantai satu bangunan tersebut, sementara lantai dua digunakan sebagai kantor Divisi Heritage dan Arsitektur PT KAI.

    5. Kaca Mozaik

    Salah satu spot favorit untuk berfoto di Lawang Sewu adalah dinding kaca patri setinggi 9 meter yang terletak di dalam gedung utama. Kaca patri mozaik ini terbagi menjadi empat panel besar dan mencerminkan eksploitasi besar-besaran hasil alam Indonesia.

    Lawang Sewu
    Lawang Sewu Semarang (instagram/@eudiaisabelle)

    Pada panel tengah-bawah, terdapat gambar Dewi Fortuna dengan baju merah, roda bersayap sebagai lambang kereta api, dan Dewi Sri. Di atasnya, tergambar tumbuhan dan hewan yang merepresentasikan kekayaan alam Nusantara. Di sampingnya, terdapat simbol kota-kota perdagangan Indonesia, seperti Batavia, Surabaya, dan Semarang.

    Sementara itu, panel sebelah kiri menampilkan simbol-simbol kota-kota perdagangan Belanda, seperti Amsterdam, Rotterdam, dan Den Haag. Sedangkan panel sebelah kanan menampilkan gambar ratu-ratu Belanda.

    6. Ruang Bawah Tanah

    Ruang bawah tanah di Lawang Sewu memiliki sejarah yang cukup menarik. Pada masa Hindia Belanda, ruang ini digunakan sebagai drainase pendingin, tetapi pada masa pendudukan Jepang, ruang tersebut diubah menjadi ruang penjara.

    BACA JUGA: Lembah Manah Kopi, Cafe dengan View 3 Gunung di Boyolali

    BACA JUGA: Punthuk Setumbu, Sunrise View di Borobudur

    Ruang bawah tanah ini menjadi bagian menarik bagi pengunjung untuk mempelajari lebih lanjut tentang kecerdasan arsitektur zaman dahulu. Di masa lampau, lantai bawah tanah ini pernah digunakan sebagai tempat penahanan bagi para pejuang kemerdekaan.

    Kondisi ini sering kali memberikan kesan mistis terhadap ruangan di gedung ini. Meskipun sebenarnya, fungsi aslinya dari ruang ini adalah sebagai drainase atau saluran air. Karena itu, ruang bawah tanah Lawang Sewu memiliki suasana yang lembap, dengan langit-langit yang rendah, dan keadaan gelap.

    Itulah informasi tentang Lawang Sewu yang merupakan salah satu tempat wisata dan landmark Kota Semarang. Semoga informasi ini bermanfaat khususnya bagi wisatawan yang akan berkunjung ke tempat wisata di Kota Semarang ini.(*)